Ujian
Mid Semester
Mata Kuliah :
Kimia Bahan Alam
Kredit :
2 SKS
Dosen :
Dr. Syamsurizal, M.Si
Hari/Tanggal :
Sabtu, 24 November 2012
Waktu
: 15.30 s.d 09.00 pagi (26 November 2012)
1. Kemukakan
gagasan anda bagaiman cara megubah suatu senyawa bahan alam yang tidak punya
potensi (tidak aktif) dapat dibuat menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi
aktifitas biologis tinggi dengan contoh!
Jawab
: Cara megubah suatu senyawa bahan
alam yang tidak punya potensi (tidak aktif) dapat dibuat menjadi senyawa unggul
dapat dilakukan dengan metode DPPH free radical scavenging activity iyang
dimodifikasi.
Sebagai
contohnya benalu, parasit yang pada awalnya dianggap tidak bermanfaat ternyata
berpotensi sebagai agen kemopreventif. Benalu mangga (Dendrophthoe pentandra)
dan benalu nangka (Macrosolen cochinchinensis) sebagaimana benalu teh (Scurrula
oortina) mengandung senyawa flavonoid kuersetin yang memiliki sifat
antitumor. Mekanisme senyawa aktif dalam benalu tersebut kemungkinan melalui
aktivitas antioksi dan Kuersetin mampu
menghambat ekspresi protein p53 mutan, tirosin kinase, heat shock protein dan
siklooksigenase, serta menunjukkan afinitas yang sama dengan tamoxifen pada
estrogen reseptor
Berbagai
penelitian telah dilakukan dalam rangka mengeksplorasi pengembangan benalu
sebagai senyawa antikanker. Nararto (1996) menyatakan bahwa isolat flavonoid
dari benalu mangga (
Dendrophthoe pentandra) dapat menghambat pertumbuhan
larva udang
Artemia salina Leach., suatu metode skrining awal agen
antikanker. Isolat flavonoid tersebut dengan dosis 2,44 mg/0,2 ml mampu
menghambat pertumbuhan kanker pada mencit yang diinduksi dengan benzo(a)piren
pada daerah interskapuler (p<0 1999="1999" p="p" ukardiman="ukardiman">
Artanti,
et al. (2003) melakukan pengujian aktivitas antioksidan benalu mangga
dan benalu nangka (Macrosolen cochinchinensis). Hasil skrining benalu
tersebut menunjukkan bahwa dengan metode DPPH free radical scavenging
activity (Yen and Chen, 1995) yang dimodifikasi, semua ekstrak air dan
etanol yang diuji aktif sebagai antioksidan dengan IC50<50 dengan="dengan" g="g" i="i" metode="metode" ml.="ml." toksisitas="toksisitas" uji="uji">Brine Shrimp Lethality Test 50>
0>
(BSLT) memunjukkan
bahwa ekstrak etanol benalu relatif lebih bersifat toksik dibanding ekstrak
airnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan senyawa yang aktif sebagai
antioksidan tidak selalu bersifat toksik terhadap larva
Artemia salina
Leach.. Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menggunakan sel kanker melanoma
B16, dimana ekstrak air benalu nangak menunjukkan aktivitas sitotoksik yang
paling tinggi. Kromatografi lapis tipis (KLT) dan
high pressure liquid
chromatography (HPLC) menunjukkan bahwa kedua benalu tersebut mengandung
senyawa yang serupa namun memilki profil kromatogram yang berbeda.
2. Jelaskan
bagaimana idenya suatu senyawa bahan alam yang memiliki potensi biologi tinggi
dan prospektif untuk kemaslahatan makhluk hidup dapat disintesis di
laboratorium!
Jawab : Keunikan benalu adalah di satu
pihak dianggap sebagai tumbuhan yang mengganggu karena sifat parasitnya pada tumbuhan
komersial seperti teh dan tumbuhan penghasil buah-buahan, tetapi di lain pihak
benalu dianggap sebagai tumbuhan yang bermanfaat karena potensinya sebagai
tumbuhan obat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif
sehingga potensi benalu sebagai bahan baku obat dapat lebih dikembangkan.
Bahan dan peralatan. Bahan uji yang
digunakan adalah daun benalu D.
pentandra yang tumbuh pada inang lobi-lobi yang diperoleh dari kawasan
Puspiptek, Serpong,Tangerang Banten.Material benalu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense – LIPI, Bogor.
Ekstraksi daun benalu lobi-lobi D. Pentandra.461,4 g daun benalu
lobi-lobi D. pentandra dimaserasi
dengan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Masing-masing ekstrak dievaporasi
sampai diperoleh ekstrak dengan berat konstan.
Fraksionasi ekstrak etil asetat. 5 g
ekstrak etil asetat dikromatografi cair vakum menggunakan eluen bergradien
menggunakan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Fraksi yang diperoleh
dianalisis dengan kromatografi lapis tipis dan disemprot dengan DPPH untuk
mengetahui aktivitas antioksidannya. Fraksi yang aktif dipisahkan lebih lanjut
menggunakan kromatografi kolom gravitasi menggunakan eluen 100%
nheksana,,n-heksana-etil asetat (1%, 2%, 3%, 4%,5%, 8%, dan 10% n-heksana dalam
etil asetat) hingga diperoleh fraksi yang lebih murni dan aktif.
Analisis menggunakan FT-IR dan GC-MS.
Fraksi yang lebih murni dan aktif ini dianalisis menggunakan FT-IR dan GC-MS
untuk mengetahui senyawa yang terdapat dalam isolat.
Uji antioksidan. Uji antioksidan
dilakukan dengan menggunakan metode “DPPH free scavenging activity” yang
dimodifikasi. Sampel dilarutkan dalam metanol (konsentrasi 10-100 ppm),
direaksikan dengan 0,2 mM DPPH, diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang,
kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515 nm. Aktivitas
antioksidan dihitung sebagai persentase inhibisi terhadap DPPH (persentase
”scavenging effect”), yaitu : % inhibisi = [1-(absorban sampel/absorban
blanko)] x 100%. Nilai IC50 adalah konsentrasi sampel yang diperlukan untuk
memberikan % inhibisi sebesar 50%.
3. Jelaskan
kaidah-kaidah pokok dalam memilih pelarut untuk isolasi dan purifikasi suatu
senyawa bahan alam. Berikan dengan contoh untuk 4 golongan senyawa bahan alam:
terpenoid, alkoloid, flavonoid dan steroid!
Jawab :
memilih pelarut untuk isolasi dan purifikasi
suatu senyawa bahan alam, yaitu memilih pelarut yang mudah melarutkan bahan
yang diekstrak,pelarut tidak bercampur dengan cairan yang diekstrak,pelarut
mudah dipisahkan dari zat terlarut.
1.Isoalasi
alkaloid pada Spons Callyspongia spmenggunakan larutan ekstrak sebanyak 3 ml
ditambah dengan 1 ml HCl 2 N, dan 6 ml air suling, kemudian panaskan selama 2
menit, dinginkan kemudian disaring. Filtrat diperiksa adanya senyawa alkaloid
dengan pereaksi Dragendorff, Bouchardat dan Mayer.
2.
Ekstraksi senyawa terpenoid pada herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dilakukan
dengan dua cara yaitu :
1.) Sokletasi
Seberat 1000 g serbuk kering herba
meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n – heksana. Ekstrak n-heksana
dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
2.)Maserasi
Seberat 1000 g serbuk kering herba
meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu
dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50
mL n – heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan
dalam 10 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan
lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
3. Identifikasi
senyawa golongan flavonoid ekstrak etanol Daun mimba (azadirachta indica a.
Juss) menggunakan Kromatrografi gas-spektrofotometri massa
4. Isolasi
sterodi dari kulit batang tumbuhan Maja (Aegle
marmelos (L) Correa) diekstraksi
dengan cara maserasi dengan metanol dipekatkan kemudian difraksinasi dengan
menggunakan n-heksana.
4. Jelaskan
dasar tolak penentuan struktur suatu senyawa organik. Bila senyawa alam
tersebut adalah kafein misalnya. Kemukakan gagasan anda hal – hal pokok apa
saja yang diperlukan untuk menentukan strukturnya secara keseluruhan!
Jawab :
Sebelum dikenalkan
teknik spektroskopi, penentuan struktur senyawa organik didasarkan atas
perbandingan dengan senyawa yang strukturnya telah diketahui. Bila semua sifit
fisik dan kimia senyawa identik dengan senyawa yang telah dideskripsikan di
literatur, dapat disimpulkan bahwa senyawa yang sedang dipelajari identik
dengan senyawa yang strukturnya telah diketahui.
Isolat
aktif yang diduga golongan senyawa flavonoid yang telah murni dicampur dengan
nujol. Campuran yang terbentuk selanjutnya ditempatkan pada dua buah lempeng kristal
NaCl dan dimasukkan ke dalam alat inframerah, kemudian diukur serapannya.
Spektrofotometri
Inframerah Data bilangan gelombang, bentuk pita, intensitas, dan penempatan
gugus-gugus terkait .Pada data spektrum inframerah, terlihat bahwa pola
spektrum senyawa yang diperoleh menunjukkan serapan tajam namun itensitasnya lemah
pada daerah bilangan gelombang 3011,0 cm-1, yang diduga adalah
serapan C-H aromatik. Dugaan ini diperkuat oleh adanya serapan pada daerah
bilangan gelombang 1378,4 cm-1 dan
723,5 cm-1
yang menunjukkan adanya C-H alifatik dan C-H aromatik.
Pita
serapan pada daerah bilangan gelombang 2926,8 cm-1 dan 2855,1 cm-1 diduga
adalah C-H alifatik. Hal ini diperkuat oleh adanya serapan pada bilangan
gelombang 1378,4 cm-1 yang menunjukkan pula C-H alifatik. Pita serapan pada
daerah bilangan gelombang 1711,7 cm-1 adalah ciri khas adanya C=O. Serapan pada
daerah bilangan gelombang 1285,4 cm-1 menunjukkan adanya C-O,
Sedangkan pita serapan pada bilangan gelombang 939,0 menunjukkan adanya ikatan
C-O. Pada spektrum
inframerah tidak
terdapat gugus OH. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya ikatan hidrogen antar
gugus OH yang
mengambil posisi berdekatan (posisi orto). Sehingga dari data spektrum inframerah,
menunjukkan bahwa isolat mempunyai gugus fungsi C-H aromatik, C-H alifatik,
C=O, C=C aromatik, dan C-O.
Dari
data spektrofotometri UV-Vis dan inframerah maka diduga senyawa flavonoid yang terdapat
pada isolat adalah senyawa flavonoid golongan isoflavon, dengan tidak
terdapatnya gugus OH bebas pada cincin A, serta mengandung gugus o-diOH pada
cincin A. pada pita II, mempunyai gugus fungsi C-H aromatik, C-H alifatik, C=O,
C=C aromatik, CO dengan tidak terdapatnya gugus OH bebas pada cincin A serta
mengandung gugus o-diOH pada cincin A.