Flavonoid secara luas didistribusikan pada tanaman memenuhi banyak fungsi.
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan yang paling penting untuk pewarnaan bunga memproduksi pigmentasi kuning atau merah / biru di kelopak dirancang untuk menarik hewan penyerbuk.
Pada tumbuhan tingkat tinggi, Flavonoid terlibat dalam filtrasi UV, fiksasi nitrogen simbiotik dan pigmentasi bunga.
Mereka dapat bertindak sebagai utusan kimia atau regulator fisiologis, mereka juga dapat bertindak sebagai inhibitor siklus sel.
Flavonoid disekresikan oleh akar tanaman inang rhizobia mereka bantuan dalam tahap infeksi hubungan simbiotik mereka dengan kacang-kacangan seperti kacang polong, kacang-kacangan, semanggi, dan kedelai. Hidup rhizobia dalam tanah dapat merasakan flavonoid dan ini memicu sekresi faktor Nod, yang pada gilirannya diakui oleh tanaman inang dan dapat menyebabkan akar rambut dan deformasi tanggapan beberapa seluler seperti fluks ion dan pembentukan bintil akar .
Selain itu, beberapa flavonoid memiliki aktivitas penghambatan terhadap organisme yang menyebabkan misalnya penyakit tanaman Fusarium oxysporum
Sabtu, 29 September 2012
Selasa, 17 Januari 2012
Meraih Impian di Kampung Facebook
Dulu sebelum hari ini, jam ini, menit ini dan detik ini. Aku tak pernah bermimpi menjadi seorang penulis bahkan terpikir saja tidak. Bermula dari undangan lounching buku antologi cerpen kakak tingkatku. Kak Ires namanya. Mulai saat itu aku menggemgam mimpi untuk jadi penulis.
***
Sewaktu aku duduk di bangku sekolah menengah atas aku pernah dibimbing oleh guru Bahasa Indonesiaku dalam membuat puisi dan cerpen, hingga pada waktu istirahat aku menemuinya.
“Pak, ini puisi dan cerpen saya. Coba dibaca dulu” menyodorkan buku berkulit hitam yang aku khususkan untuk menulis semua karyaku.
“Nggak bagus Ty puisinya” ucap guruku sembari membolak-balik lembar bukuku.
Entah sudah yang keberapa kalinya kalimat seperti itu diucapkannya. Jujur aku sebenarnya tak suka dengan puisi dan cerita-cerita fiksi apalagi aku harus menulisnya. Namun, semua berawal karena aku ingin terlihat lebih dekat dengan guruku saja.
***
Prok...prok...prok. tepuk tangan meriah untuk orang-orang yang luar biasa berkarya. Satu persatu berdiri tegap terkadan melemparkan senyum kemenangan dengan rasa rendah hati pada kami semua para undangan. Ada beberapa wajah yang ku kenal namun tak tahu namanya.
“Subhanallah. Andai saja aku yang berdiri di depan sana betapa bahagianya aku saat ini” ucapku dalam hati dengan mata sedikit berkaca-kaca.
Andai saja aku mempunyai uang cukup untuk admistrasi pasti sekarang aku bisa bergabung bersama mereka. Aku hanya bisa berandai. Menyedihkan.
***
Aku merebahkan tubuh yang sedari siang tadi letih beraktivitas. Seperti biasa aku selalu menyempatkan diri untuk online ke kampung facebook ya biasalah menjajakan stastus mungkin saja ada yang like. Akupun mengupdate status dan mulai menyisir kampung facebook mencari updatean status yang bisa aku komentari atau sekedar aku like. Tiba-tiba teringat lounching buku siang tadi.
“Oh iya, aku coba cari saja grup fb penulis Jambi” gumamku dalam hati.
Setelah berulang kali salah akhirnya aku menemukan grup fb yang berisi penulis-penulis Jambi. Senang sekali rasanya.Dalam grup itu aku temukan sebuah info lomba menulis flash fiction yang diadakan oleh seorang penulis bernama Robin Wijaya. Aku sangat tertarik mengikutinya walah sesungguhnya aku tak mengerti flash fiction itu apa.
Aku mencoba utnuk menulis naskah lomba. Sayangnya, entah sudah berapa banyak naskah yang aku tulis, namun tak kunjung selesai ceritanya, selalu menggantung dan terkadang ada yang nyambung antara paragraf satu dengan yang lainnya. Putus asa. Namun aku coba bangkit dan memulai lagi menulis.
***
Tiba waktu yang ditunggu-tunggu. Flash fictionku sudah selesai.Tanpa berpikir lama ku kirim naskah lomba tersebut. Beberapa detik kemudian terbaca pesanku telah terkirim ke email yang ku tuju. Aku pulang dengan rasa lega dan sebenarnya penuh dengan rasa tak percaya diri. Hemm.. tapi sudahlah. Aku hanya tinggal menunggu pengumuman saja. Tapi aku sedikit merasa yakin kalu cerpenku itu nggak begitu buruk.
***
Bulan April. Bulan yang aku tunggu untuk sebuah pengumuman lomba flash fiction bulan sebelumnya. Deg-degan. Namun ternyata pengumumannya harus ditunda. Semakin tak sabar lagi untuk mengetahui siapa yang menang.
Minggu selanjutnya. Aku online , dan ternyata pengumuman lomba yang aku ikuti sudah dipublikasi oleh Robin Wijaya. Membaca satu persatu. Belum juga ku temukan namaku. Teks pengumuman itu sudah sampai ke ujung.Sadar atau tidak aku masih berharap ada namanku. Namun kenyataan berkata lain. Namaku memang belum ada dalam daftar nama-nama pemenangnya. Sedih.
***
Hari Minggu di bulan May aku mempunyai jadwal untuk pergi training motivasi bersama teman-temanku. Aku sangat suka dengan trainig. Seusai acara tersebut aku menemui orang yang memberikan training luar biasa hari ini. Aku pun menghampirinya dan berkata,
“Mas saya boleh meminta kata-kata motivasi. Saya bermimpi menjadi penulis kelak” ucapku dengan nada yang sedikit gugup.
“Wah mau jadi penulis ya. Bisa dipertanggungjawabkan nggak tulisan yang akan saya tulis nanti” ucapnya sambil tersenyum ikhlas.
“Insyaallah” jawabku penuh keyakinan.
Jadilah penulis awal 2012
Aku memikirkan makna yang terkandung dalam kalimat tersebut. Menurutku kalimat motivasi itu agak memaksa namun sebenarnya memang memaksa. Aku terdiam sejenak.
“Terimakasih mas” ucapku.
***
Ramdhan 2011. Ramadhan yang indah untukku. Aku kembali aktif mengikuti lomba-lomba dari dunia maya. Doa yang tak henti-hentinya di Ramdhan tahu ini adalah
Ya ALLAH aku ingin mempunyai buku dalam bentuk antologi atau buku solo di tahun 2012. Amin.
Hingga akhirnya suatu malam aku mendapatkan pesan di facebook yang ku kira tak penting namun berisi pesan yang bertuliskan,
*INFO DARI DANG AJI DAN MAS TIGA TUJUH CALON PENULIS BUKU “SELAKSA MAKNA RAMADAHAN2”...
Tepat pada urutan ke empat puluh enam ada namaku dan judul cerpenku. Air mata bahagia yang tak mampu kubendung menetes seketika. Sejenak terdiam dan teringat pada kalimat motivasi.
Jadilah penulis awal 2012
Biodata singkat penulis
Nama lengkap Tetty Desy Yana tapi nama penaku Tetty Revo sesuai dengan nama akun facebookku. Kelahiran Jambi, 4 desember 1991 hobby menulis dan berimajinasi. Sekarang masih aktif kuliah di prodi kimia, Univerersitas Jambi. Segitu aja yah perkenalannya J. Kunjungi Tetty dikampung facebook Tetty Revo.
Mama My Everything
Sebelas tahun yang lalu, entah berapa umurku saat itu. Sembilan tahun. Atau sepuluh tahun. Namun yang aku ingat saat itu aku berada dikelas empat SD. Aku merasakan temperatur rumah yang tidak normal lagi. Semua terasa panas. Suhu rumahku tak sesejuk dulu lagi. Belakangan ini orangtuaku senang menggeluti pertengkarannya tanpa memikirkan tetangga disekitarnya. Mereka memang orangtua yang egois. Hari-hariku selalu dipertontonkan dengan drama-drama kekerasan mereka, yang seharusnya tidak aku saksikan.
***
Aku akan bersiap-siap untuk pergi sekolah sore(MI). Seperti biasa. Hari ini aku tak mau berpamitan kepada papa dan mamaku. Sepertinya mereka masih sibuk dengan obrolannya. Ya, obrolan yang pasti akan berujung dengan pertengkaran. Aku bosan. Sungguh bosan. Aku ingin rasanya memotong telingaku agar tak mendengar pertengkaran mereka. Aku ingin membutakan mataku agar aku tak melihat mama menangis diujung pertengkaran itu. aku benci dengan kehidupanku. Aku benci. Apakah aku terlahir untuk menyaksikan drama itu? Entahlah.
***
Tiga puluh menit kemudian, aku masih duduk di rumah temanku sekaligus tetanggaku. Eka. Namanya eka. Umurnya memang jauh lebih tua dua tahun dari umurku. Tapi aku terbiasa memanggilnya nama daripada menggunakan embel-embel mbak atau kakak. Mungkin karena sudah terbiasa. Eka teman sekaligus sahabatku dari kecil. Kami berteman sedari keluargaku pindah rumah tepat di samping rumahnya. Aku dan Eka sudah seperti kakak adik. Semua masalah yang aku punya selalu aku sampaikan padanya. Eka selalu menjadi teman curhatku yang menyenangkan.
Sudah empat puluh lima menit berjalan. Aku begitu enggan melangkahkan kaki ke sekolah. Di rumahku semakin ramai dengan suara-suara nada tinggi. Aku yakin nada-nada tinggi itu berasal dari kedua orangtuaku.Satu persatu tetanggaku hadir entah apa yang akan mereka saksikan hari ini. Aku semakin penasaran. Apa yang terjadi di rumahku? Mama? Papa? Apa yang terjadi pada mereka?
Aku berjalan mengikuti penasaranku yang tak kunjung padam. Rasa risau dan cemas semakin berlomba-lomba bersamaan dengan denyut jantungku yang begitu berdegup kencang.
Aku menembus keramaian tetangga-tetanggaku yang berbaris kacau di depan rumahku. Mana mama? Pertanyaan itu yang terlintas dalam pikiranku. Aku sampai tepat di depan mereka. Di sudut itu ada mama dan papa. Tak jauh dari pecahan kaca itu ada kakak dan abangku. Apa yang sebenarnya terjadi Tuhan? Semua hancur lebur tenggelam dalam emosional mereka.
Di sudut itu aku lihat lagi mama yang bersimbah darah ditubuhnya. Entah apa yang dilakukan kakak pada mama. Tembok putih polos itu kini terlukis bercak-bercak noda merah yang berasal dari rubuh mama. Abang berusaha menjauhkan kakak dari mama. Mama berdiri lemah dengan tubuh yang menahan rasa sakit yang bersemayam di kepalanya. Aku bocah kecil cengeng hanya mampu menangis tak henti-hentinya melihat apa yang terjadi pada keluargaku siang itu.
Mama. Mama berusaha sekuat tenaga untuk bisa berdiri dan pergi dari tikaian kakak dan papa. Aku tak pernah lalai untuk mengawasi mama dari rumah Eka, karena aku tidak diperbolehkan oleh tetangga-tenggaku utnuk menyaksikan drama tragis siang itu. Aku menurut saja. Aku? Apa yang terjadi pada diriku? Semua begitu mengerikan. Aku terus saja menangis.
Mama tergeletak di tengah jalan. Mama terjatuh dari sepedanya, ia berusaha melarikan diri dari pertikaian itu namun tubuhnya tak lagi sanggup menopang dirinya. Para warga menolong mama dan kemudian aku tak tahu apa yang terjadi.
***
Aku melarikan diri dari rumah. Aku kabur ke sekolah, karena aku tahu jika aku tetap berada di rumah semua yang terjadi saat itu akan terasa mengerikan bagiku.
“Ka, bagaimana ya keadaan mama? Tanyaku pada Eka sembari menagis.
“Nggak tahu juga, tapi kamu harus tetap berdoa ya Cin untuk keselamatan Ibu” tegas Eka.
Aku terus saja menangis. Eka dan teman-teman yang lain hanya melihatiku dengan iba. Hari itu kebetulan aku libur sekolah. Hari itu hanya aku habiskan untuk menangis dan bercerita bersama teman-teman. Aku tak mau pulang ke rumah. Hingga akhirnya Eka membujukku pulang.
***
Aku melihat mama berbaring lemah di kamar. Dia sedang beristirahat.
“Ma, apa yang sakit? Mama bagaimana keadaanya?” tanyaku lirih.
“Mama tidak apa-apa,Nak. Tapi kepala mama sedikit sakit. Cin, kamu mau ikut mama atau papa?” tanya mama dengan mata yang berkaca-kaca.
“Aku aka memilih mama. Aku hanya ingin bersama mama” jawabku lirih.
Mama memeluk erat tubuhku seakan mama tak mau aku jauh darinya. Begitupun aku, aku memeluknya dengan erat aku tak mau siapapun menyakitinya.
I LOVE YOU MAMA, YOU ARE MY EVERYTHING
NAMA : Tetty Desy Yana
PRODI : Pendidikan Kimia
ANGKATAN : 2010
Selasa, 12 Juli 2011
Kenangan itu Masih Ada
oleh Tetty Revo pada 07 Juni 2011 jam 17:35
Beberapa minggu ini aku mendngar kabar bismini angkutan antar daerah dlm provinsi yg kadang2 ke luar provinsi lagi2 mengalami kecelakaan.
Memang benar, sudah tiga kali aku mendapati bangkai bus mini it lewat djalanan hitam desaku,selain it ku dapati jg bangkainya yg sungguh begitu remuk redam tak berbentuk bus lagi di bengkel pinggiran jalan di daerah kampusku.
Seketika aku melihat bus it aku teringat kejadian 1,5tahun lalu.
***
Bulan ramadhan 2009.
Aku yg tak biasa pulang sekolah sendirian, hari itu aku pulang sendiri. Panas yg begitu menyengat cukup unk membuat tenggorokanku kering ditambah lg dalam situasi puasa. Bukan kepalang rasanya.
Akhirnya bus dr luar daerah telah menampakkan hidungnya dan sedang berbaris rapi dilampu pemberentian. Aku, ada juga anak-anak dari sekolah searah denganku.
Kini aku brada dalam bus it, tenang,nyaman,adem. Duduk menikmati jajaran pemandangan yg berganti bak slide lukisan.
Tak begitu cepat laju kendaraan it. Santai. Ya, begitu santai. Mungkin karena tengah hari.
Aku yg asyik sms-an dg kakak angkatku sehingga tak menghiraukan penumpang yg duduk di sampingku.
Gubrak,brak,krak, tak begitu jelas rasanya. Tp yg pasti aq baru tersadar saat bus aku naiki it mengarahkan kepala sehingga menyeret bus it ke dalam semak belukar menuju jurang di bawahnya.
Aku bingunh, sungguh cemas dan takut. Apa yg terjadi.
"ALLAHUAKBAR,ALLAHUAKBAR,ALLAHUAKBAR" hanya kata2 it yg sempat terlepas dr mulutku. Aku baru sadar bahwa saat it bus yg aku naiki akan menuju ke jurang yg kabarnya sedalam 30 meter.
Hanya takbir yg bisa ku ucap,seketika bus it berhenti. Dan taukah aku saat it pak sopir tak lg ada dalam bus it. Bus it mencoba bergerak dg sendirinya.
Seisi bus riuh,ribut. Ada teriak ketakutan. Teriak kesakitan dan tangis yg begitu haru.
Penumpang yg td aku biarkan saja, saat it aku coba menenangkanya. Wajahnya berlumuran darah. Seragam sekolahnya bersimbah darah. Secepatnya aku dan adik it keluar dari mobil. Was- was kalau mobil akan meledak akibat kecelakaan it.
TO BE CONTINUE
Riwayat Pendidikan
oleh Tetty Revo pada 24 Juni 2010 jam 22:41
*SD(2003/2004)
AQ la gds kcil yg lcu brsergam baru merh ptih ,msi trcium prfum pnjhit Taufik tko tmpt emak Q mmbli srgam. Brawl dr pnddkn SD,
y aQ mmlai stats mNjd plajr d SD 35/1 Tebing Tinggi,kec.Pemayung,kab.Batang hari,Jambi. d SD it l aQ mngnal hruf N bsa brhtung dr seorg gru yg t' kn bs aQ lpkn,ibu Ani nmnya. Gru yg pnh dg klmbtan dan ksih syg. Hihi puitis y. . . Hehe.
Sbgi mrid Sd aQ gx oOn2 bgtz kok,aQ jg jwra cls mlai dr cls 4 mpe tmat haha,
bknya smbng tp realita hehe. Law gx dpt rankng 1 pst 2 hehe,
tp gx krasa cpt jg 6th d Sd akhrna tmat de aQ,trus lnjt ke. . .
*SMP(2006/2007)
Y bner bgt q lnjt k Smp, SMP 17 Pemayung,kab.Batanghari,Jambi.
Wah, asyik skul d Smp ini, aQ jg gx trlna dg skul bru Q. Ttep,tetp jd Bintang hahaha, jwra 1 gx bs dlpas dr cls 7-9
hei jgn mkir q smbng y mang bner adanya haha.
Eh gx krasa udh 3th,udh lu2s UN pula msa mw d Smp trus, , ,mkanya aQ lnjt ke. .
*SMA(2009/2010)
Aha, bner lg t. q lnjt k Sma, dlunya mu lnjt k SMAS TITIAN TERAS,udh lu2s tes ini ito,
tp, tp,
tp biaya gx dkung.
Kcwa?y iy l, mmpi aQ bgt bsa skul d TT,tp ap blh baut,y gx p2 l ikhlsi aj. N akhrna aQ d ajak ma tmen bwt ikt dFtr n tes d SMAN 1 BULIAN skrg SMANSA BATARI, pst tw doNk cp yg gx tw,law gx tw pSt gx pRNH bc koran haha,SMANSA located at jend. Ahmad Yani street no.1 Muara Bulian,Btanghri,Jmbi
n Alhmdllh,aQ msuk k SMANSA,sykur bs jg skolah hehe. Thun prtm SMANSA n seisina trasa sngt asing bwt aQ,p lg aQ cma b2 yg skul d stu tp gx sclas pla,
humMmMm bner2 adptasi yg bgtu brat bwt aQ. Tp stlh naix k cls 11 ipa1 cmuana trasa dkt n sprt kluarga. Mski d SMA1 prestasi q gx sbaik d Smp tp stdknya bnyk ilmu N pnglman yg q dpt dr Guru2 q d SMANSA en tntnya dpt tmend2 yg baex2 jg loh. I love U SMANSA BATARI.
Trnyt saat smua mnjalin kkeluargaan saat it l smua hrus brpsah krang lbi 3th qmi mnuntt ilmu d Smansa bgtu cpt rasanya hrus mlpas srgam Smansa, huhu sdi rasna, aQ dan tmand2 hrus brpisah mNeruskn prjlnan unk mNggapai cita2 dan mimpi qmi msing2, saat it l cmua trasa brat unk mengakhri msa2 SMA,,,BERSAMBUNG
Kamis, 07 Juli 2011
SEKILAS TENTANG ALKANA, ALKENA DAN ALKUNA
ALKANA,ALKENA DAN ALKUNA
Berdasarakan ikatannya,hodrokarbon dibedakan menjadi:
ALKANA
ALKANA
Senyawa oragin sederhana, hidrokarbon jenuh.
Rumus : CnH2n+n
Tata Nama
Rantai utama adalah rantai karbon terpanjang.
Jika ada substituen atau gugus cabang, beri nomor rantai utama dengan memberi nomor terkecil yang mungkin untuk gugus cabang.
Gugus cabang diberi nama alkil dengan prioritas penulisan sesuai abjad.
Jika ada gugus cabang/ substituen yang sama, maka diberi awalan di -, tri-, tetra -, penta - atau hexa - didepan nama substituen.
Sifat Fisik
- Alkana C £ 4, berbentuk Gas
- Alkana Mr >, berbentuk Cair
- Alkana Mr >>>, berbentuk Padat ( wax )
- Semakin besar jumlah atom C Mr semakin >, gaya dispersi tiap molekul >, titik didih semakin tinggi sebanding dengan Mr.
- Densitas < 1
- Tidak larut dalam air
- Larut dalam pelarut organik non polar ( CCl4, CS2,…)
- Alkana bercabang td < alkana rantai lurus padanannya.
Reaksi Alkana
· Reaksi Halogenasi
.Halogenasi alkana dapat terjadi jika ada cahaya dan dihasilkan suatu halo - alkana. Reaksinya : substitusi
.Halogenasi alkana dapat terjadi jika ada cahaya dan dihasilkan suatu halo - alkana. Reaksinya : substitusi
Reaksi halogenasi terjadi pada tiap atom C. Jika halogen berlebih maka semua atom H akan di substitusi oleh atom halida
Oksidasi alkana
Reaksi antara alkana ( hidrokarbon ) dengan O2 dihasilkan karbondioksida dan air dan energi.
ALKENA
Rumus : C2H2n
Tata Nama
Ø Rantai utama adalah rantai atom karbon terpanjang yang mempunyai ikatan rangkap.
Ø Nama rantai utama sama dengan alkana, akhiran - ana pada alkana diganti dengan - ena untuk alkena dan - una untuk alkuna.
Ø Penomoran rantai utama dicari agar atom C yang mengandung ikatan rangkap bernomor kecil.
Ø Penamaan dan penomoran gugus cabang sama dengan alkana
Sifat Fisik
- Sifat-sifat Fisik alkena dan alkuna mirip dengan alkana
- C £ 4, berbentuk gas
- C > 5, berbentuk cairan tidak berwarna dengan r < 1,0
- Tidak larut dalam air tetapi larut satu sama lain dalam etanol dan dalam pelarut organik nonpolar.
Pembuatan Alkena
- Alkena dapat dibuat di laboratorium melalui proses eliminasi dari senyawa haloalkana dihasilkan suatu alkena + asam halida.
- Reaksi eliminasi ini disebut juga Reaksi dehidrohalogenasi dan pada reaksi ini diperlukan basa kuat seperti NaOH
Reaksi Alkena
· Reaksi adisi
Sifat alkena yang merupakan ciri dari senyawa yang mempunyai ikatan rangkap adalah Reaksi adisi. Adisi terjadi melalui pemutusan ikatan p ( bersifat lebih lemah ) pada ikatan rangkap
· Reaksi Hidrasi
Reaksi ini adalah reaksi adisi air ( H2O ) dengan katalis asam ( misal H2SO4 60%)
Halogenasi alkena
Adisi dengan bromin ( Br2 ) adalah test kualitatif yang spesifik untuk alkena
Oksidasi
Oksidasi alkena dengan KMnO4 pada suasana netral dan suhu kamar akan di hasilkan suatu di alkohol yang di sebut Glikol
ALKUNA
Rumus: C2H2n-n
Reaksi-Reaksi Alkuna
· Reduksi
· Adisi dengan HX, Br2 dan Cl2
Sama seperti pada alkena, adisi alkuna dengan Br2 atau Cl2 akan dihasilkan dihaloalkena dan adisi dengan 2 mol Br2 atau Cl2 akan dihasilkan tetrahaloalkana
Selasa, 05 Juli 2011
1.Ayah
“Assalamu’alaikum, ini ibu Cahya ya. Ini Bulan bu”. Salamku untuk Ibu di Medan sana. Sebenarnya dia bukanlah ibuku. Namun dalam silsilah keluarga ayahku, panggilan ibu diperuntukan bagi adik wanita Ayah.
“Wa’alaikumsalam, iya. Ini siapa tadi?” Jawab ibu Cahya.
“ Ini Bulan Bu anak pak Syarif” jawabku sedikit bingung. “Oh Bulan. Ada apa Lan?” “Kemarin kakak sulungku menelfon ibu, katanya Ayah sedang sakit ya Bu, gawat tidak Bu?” Sedikit terbawa suasana sedih.
“Ah, kalian baru tanya sekarang. Selama ini kemana saja. Sudah barapa tahun ayah kalian di Medan. Sudah hampir empat tahun. Kalian mana mau tahu ayah kalian sakit tu tidak. Untuk menelfon saja susah apa lagi mau meluhat dia di sini. Sudah beberapa kali ini Ayah kalian mengigau memanggil nama kalian. Kadang-kadang susah untuk disuruh makan apalagi mandi” jawab ibu Cahya yang begitu membuatku tersayat-sayat.
Seakan-seakan aku gagal menjadi seorana anak. Tidak bisa membalas budi orangtua,meski aku tahu budi mereka tak terbayar oleh apa pun. Kata-kat ibu Cahya begitu mengiris hatiku. Tak mampu rasanya aku menahan tetesan air mata yang satu persatu jatuh dan akhirnya menderas bagaikan aliran sungai.
“Maaf Bu, sebelumnya aku pernah menelfon Ayah. Ya memang sudah beberapa bulan yang lalu. Ketika aku menelfonnya, ia menangis terisak-isak dan aku tak sanggup mendengar rintihan tangisnya. Seakan aku menjadi beban pikirannya saja saat itu. Aku takut Ayah memaksa untuk kembali ke sini, meski aku tahu disini anaknya banyak namun tidak sedikit pula anaknya yang menolak kehadirannya. Ibu tahu aku masih sekolah, hidupku masih ditanggung oleh mamak. Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk dikirim pada Ayah” jelas ku semakin terisak-isak.
“Iya ibu tahu, Bulan memang masih sekolah, tapi kaliankan bersaudara. Apa salahnya kakakmu bisa memberikan sedikit saja uangnya untuk pengobatan Ayah kalian di sini”.
Telfonku terputus karena mamakku tiba-tiba memutuskan pembicaraanku dengan ibu Cahya, dan mamak melanjutkan pembicaraan. Aku tak tahu jelas apa yang mereka bicarakan. Yang pasti obrolan mereka itu sudah tak enak lagi.***
Semalam sudah berlalu. Aku selalu terbawa oleh pikiran-pikiran burukku tentang Ayah. Selalu saja terbayang jika Ayah meninggal namun aku belum pernah sedikit pun membahagiakannya. Menyedihkan sekali hidupku ini. Untuk apa orang tuaku membesarkanku hingga saat ini. Sebelum tidur bayangan terburukku hadir menyelimuti diriku. Hingga ku rasakan bantalku basah oleh air mata.
“ Ya ALLAH... jagalah Ayahku, lindungi dia. Berikan ia kesembuhan dan umur panjang. Amin “.
Doaku sebelum tidur untuk Ayahku tercinta di sana. Semoga Sang Pencipta selalu mengabulkannya.
***
Rutinitas kuliah yang setiap hari harus dilakoni. Agak melelahkan namun itulah salah satu cintaku pada kedua orangtuaku. Sepulang kuliah aku menyempatkan untuk mampir ke rumah kakak sulungku Senja namanya.
“ kemarin kakakmu Mentari datang ke sini mengabarkan kalau Ayah sedang sakit di Medan dan Ayah butuh uang untuk berobat. Kakak bilang kalau kakak kemarin sudah banyak membantu Ibu, jadi biar kak Mentari aja yang kirim uang ke Ayah” cerita kakakku.
“Iya, aku juga ditelfon oleh kak Mentari, tapi aku bilang kalau aku belum punya uang karena beeasiswaku belum keluar”Jelasku pula.
Aku sedih sebenarnya namun di lain sisi aku tidak boleh melakukan hal yang tidak diizinkan oleh Ibu dan di sisi lai aku juga tidak sedang mempunyai uang cukup untuk membantu berobat Ayah.
Setiap malam bayangan terburukku tentang Ayah selalu menghantui dan mengikuti ke mana saj aku pergi. Mungkin semua itu adalah rasa kesalahanku hingga akhirnya menjadi momok untuk diriku sendiri. Waktu terasa begitu singkat dari biasanya namun hitungannya tetap saja 24 jam dalam satu hari satu malam. “Apa-apaan kamu ini Bulan. Setiap hari,jam,menit bahkan detik engkau selalu memikirkan hal buruk akan terjadi pada Ayahmu. Bukankah itu sama saja dengan kamu menignginkanya. Doakanlah selalu Ayahmu Lan dan yakinlah ALLAH akan menjaganya dengan baik” gerutu hatiku yang mungkin selama ini kesal dengan semua pikiran burukku tentang Ayah.
***
Seperti biasa rutinitasku selain kuliah aku juga aktif dalam organisasi di kampusku. Dan pada hari ini ada rapat untuk persiapan acara besar yang diadakan Himpunan Mahsiswa Jurusan. Cukup membosankan utnuk rapat kali ini,tidak bersemangat dan tidak ada yang penting untuk aku tanggapi.Tiba-tiba handphoneku bergetar. Ku lihat ternyata ada sebuah pesan yang aku dapat dari ibu Cahya.
“Hari ini Ayah kalian masuk rumah sakit dan Ayah kalian selalu menyebut-nyebut nama Bulan dan Mentari, ibu mohon kemarilah keadaanya sudah semakin gawat dan tak ada waktu lama untuk menunda. Hari ini juga kalian semua harus berangkat ke Medan. Terserah mau mengajak ibu kalian atau tidak tapi sebaiknya ibu kalian diajak karena salah satu nama yang disebut-sebut Ayah ada nama ibu kalian. Jangan sia-siakan waktu yang berlalu.”
Begitulah isi pesan yang ku terima dari Medan yang sampai dalam hitungan seper sekian detik ke handphoneku. Aku bergegas pulang tanpa izin ketua terlebih dahulu. Air mataku tak terbendung lagi. Berceceran di sepanjang lantai ruang kampusku. Lari sekuat tenaga, bergegas mencari ojek untuk mengabarkan kakak-kakakku yang lainnya. Namun aku yakin mereka pasti mendapatkan pesan yang sama denganku.
Sampailah aku di rumah kakak sulungku. Aku menghubungi kakakku Mentari dan ia sedang bersiap-siap untuk menuju rumah kakak tertua kami.
“Oh iya, bang Bintang belum aku kabari, dia pasti tak tahu kabar ini karena pekan lalu handphonenya hilang entah di mana”. Ucapku pada kakakku.
“Kalau begitu aku pulang dulu untuk mengabarkan berita ini pada Ibu dan bang Bintang, aku pergi dulu kak. Kabari aku jika akan berangkat” pamitku pada kak Senja.
***
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk menempuh perjalanan pulang walau biasanya membutuhkan waktu tiga puluh menit. Jarak yang jauh terasa begitu dekat. Sampai juga di rumah.
“Bu,Ibu “ aku memeluk erat ibuku dan terisak-isak.
“Ada apa Lan, apa yang terjadi dengan dirimu. Kenapa kamu menangis seperti ini?” tanya ibu dengan wajah khawatirnya.
Suaraku terputus-putus menjawabnya”A,A, Ayah Bu,”
“Ayahmu kenapa?”
“ Ayah sekarat di rumah sakit Bu, dan kata ibu Cahya waktunya nggak lama lagi.” Aku menangis menjadi-jadi “Ayo Bu kita berangkat ke Medan sekarang, bang Bintang juga harus pergi. Waktunya nggak lama lagi Bu”
“ Baiklah nak, jika memang kamu maunya begitu kita pergi ke Medan hari ini juga. Kalau misalkan naik bus memakan waktu lama lebih baik kita naik pesawat saja” mengusap ari mataku yang tak kunjung berhenti.
“Terimakasih Ibu, aku akan memberitahukan pada bang Bintang.lalu akan menyiapkan pakaian untuk kita di sana nanti”.
Keberangkatan yang benar-benar mendadak, syukurnya masih ada tiket cukup untuk kami semua. Walaupun tiket pesawat cukup mahal namun kami tak ambil pusing dengan hal itu. Uang masih bisa dicari, tapi ayahku tak ada yang bisa mencarikannya dengan sosok yang sama.
Kami semua sudah siap untuk berangkat. Beberapa lembar pakaian masih tersusun acak-acakan di tas masing-masing seperti hati kami yang memikirkan Ayah.
***
Kota Medan adalah salah satu kota besar di Indonesia, dengan berjuta kesibukkan. Aku yang sejak lama ingin ke kota ini malam itu terwujud. Namun sesampainya di kota Medan tak ada kesenangan yang aku rasakan. Hanya Ayah yang menjadi tujuan utamaku.Kebetulan Ayah dirawat di rumah sakit kota Medan, kami pun langsung menuju rumah sakit itu. Kakiku bergegas tanpa menoleh kiri dan kananku. Mungkin saja jika ada truk yang datang dari kiri atau kananku tanpa sadar akan siap menabrak kapan saja. Dalam pikiranku hanya ada Ayah, Ayah dan Ayah.
Setelah beberapa tahun tak bertemu, hari itu aku harus bertemu Ayah di rumah sakit yang sedang terbaring menahan rasa sakit yang begitu menyayat hatiku.”Sabar Lan. Jangan terburu-buru seperti itu nak.” Tegur ibu yang langkahnya tertinggal jauh olehku. Aku yang terus saja berjalan tanpa menggubris teguran Ibu. “Di mana ruang Ayah, mengapa tak terlihat batang hidung ibu Cahya. Atau mereka terlalu sibuk menunggui detik-detik terakhir Ayah. Tidak! Tidak. Aku tak mau pertemuan terakhirku dengan Ayah di rumah sakit ini.” Pikiran-pikiran burukku tiba-tiba menghantui kembali tanpa kenal lelah dan letih. Akhirnya aku mendapati beberapa sepupuku di depan ruang tunggu dengan muka yang berantakan seperti rambutnya yang tak rapi lagi. Aku pun berlari-lari kecil mendekatinya.
“Di mana Ayah Bang? Aku ingin bertemu dengan dirinya. Mengapa kau berada di luar?” Tanyaku paksa.
”Aku tak sanggup berada di dalam menyaksikan napasnya yang terputus-terputus seakan tak lama lagi. Segeralah masuk Lan, dia menantimu sejak beberapa tahun lalu. Tapi sabar dulu karena ayahmu masih diperiksa dokter” Sambil menyeka air matanya yang mulai berjatuhan.
Aku masih memandangi Ayah dari balik kaca bening kamar ayahku dirawat. Ayahku yang dulu tegap kini terbungkuk dan tulang-tulangnya lebih menonjol daripada dagingnya. Aku meneteskan air mata satu persatu dan membanjiri pipi. Alat-alat bantu itu terlihat memaksa tubuhnya untuk tetap bisa bertahan hidup. Aku yang menatapnya dalam-dalam semakin tenggelam dalam sejuta kesedihan. Aku yang tak pernah bisa memberikannya sesuatu selama hidupnya. Aku yang belum pernah setetes pun memberikan kebahagiaan untuknya. Tapi malam ini aku melihatnya terbaring susah memperjuangkan hidupnya. Aku tak bisa bercerita tentang kuliahku padanya. Ia masih bertahan hidup semua tak lain karena cinta ALLAH dan bantuan alat-alat medis itu.
Kakiku terkulai lemah tak berdaya, ingin rasanya segera memeluk Ayah. Dokter yang begitu lama dengan semua kerjanya membuatku tak sabar lagi. Namun tak lama kemudian Pak dokter pun keluar dan mempersilahkan kami masuk.
Mataku memandangi sekujur tubuhnya, tak sedikit air mata yang mengalir.
“Ayah, aku di sampingmu Yah. Ayah jangan tinggalkan aku. Aku masih ingin membahagiakanmu Yah. Aku mau berbagi cerita denganmu Yah. Maafkan aku selama ini yang selalu tak pernah ingin tahu tentang keadaanmu. Maafkan aku, maafkan.” Suaraku parau sedikit terisak-isak.
“Untuk apa Bulan minta maaf. Ayahlah yang bersalah. Selama menjadi ayah,Ayah tak pernah mampu membiayai hidup kalian. Seharusnya yang melakukan itu semua adalah Ayah bukan ibu kalian. Sampaikan maafku pada ibu kalian ya. Untuk Bulan,jangan menangis lagi. Ayah akan sembuh, Nak. Jangan cengeng begitu. Katanya mahasiswa masa cengeng. Bulan, harus menjadi wanita tangguh agar bisa menjaga ibumu, karena ketiga kakakmu sudah berkeluarga semua.tidak lupa juga, pesan Ayah untuk anak Ayah yang lain, Ayah titip Bulan dan ibu kalian. Jangan sia-siakan keluarga kalian. Hiduplah bertanggung jawab pada keluarga, jangan seperti Ayahmu ini.”
Uhuk,uhuk. Terdengar batuk keras dan membuat bibir ayah berbalut darah, yang mungkin saja itu akibat dari penyakit Ayah.
“Ayah...” teriak kami dalam kamar rawat Ayah.
Suara kami menajdi tanda tanya buat Ibu. Akhirnya Ibu merelakan untuk melihat Ayah.
”Ada apa dengan Ayah kalian?” tanya ibu.
“cepat panggil dokter,cepat” teriak Abangku, yang suara meluncur tiba-tiba. Dokter pun datang bersama dua perawat.
“Permisi-permisi, tolong minggir sedikit mbak. Saya mau memeriksa pak Syarif.” Mohon dokter dengan sangat.
“Saya tak apa-apa Dok. Saya Cuma batuk sedikit, saya hanya ingin mengobrol dengan anak-anak saya saja Dok.”
“Rina mantan isteriku. Aku minta maaf padamu karena selama ini aku bukanlah suami yang bertanggung jawab padamu maupun pada anak-anak kita. Terima kasih atas semuanya dan bimbinglah anak kita selalu.
”Aku memang sejak puluhan tahun tak bisa memafkanmu karena kesalahanmu yang meninggalkan luka padaku dan sampai saat ini masih terasa pedih luka itu, namun sudah beberapa bulan lalu aku sadar bahwa itu semua tak ada gunanya.” Jawab ibu dengan mata berkaca-kaca.
“Anak-anakku bantu Ayah pulang bersama cinta kalian, cinta Rasulullah dan cinta-Nya pinta Ayah pada kami.”Apa yang Ayah katakan,jangan tinggalkan Bulan, Yah.” Aku memeluk erat tubuh kurus Ayah. Seketika itu aku merasakan getaran suara dari balik dadanya” LaaIlaahaillallah. Muhammadarrasulullah.”
” Ayaaaaah....”
***
Aku tersadar dalam suasana kelas yang begitu lengang dan sunyi. Semua mata tertuju padaku.Jeritanku membuyarkan konsentrasi teman-teman yang sedang mengikuti perkuliahan. “Astagfirullah. Aku membayangkan hal buruk lagi tentang Ayah” semua mata tertuju padaku, mereka memandangiku dengan mata yang berisi seribu kebingungan.”Bulan, cepat basuh mukamu di kamar mandi” perintah dosenku dengan sangat lembut. Mungkin dia tahu apa yang telah aku bayangkan tadi.
Aku berharap itu semua hanya bayangan burukku saja dan tak akan terjadi. Aku tak ingin satu tahun yang lalu menjadi hari terakhir aku mendengar suaranya. Aku tak ingin empat tahun yang lalu menjadi hari terakhir aku menatap wajahnya. “Ya ALLAH jaga selalu Ayahku. Aku, Ibu, Kakak, kami semua mencintai Ayah. Berikan ia kesehatan. Amin.”
***
Langganan:
Postingan (Atom)