Senin, 15 Oktober 2012


Tanaman temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) dari famili Zingiberaceae merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman obat tradisional yang ada di Indonesia.Tumbuhan ini menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, disamping minyak atsiri.
Ikan (1969) menggolongkan flavonoid menjadi 11 kelas seperti ditunjukkan Gambar 1. Semua kelas ini mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga
Tanaman temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) dari famili Zingiberaceae merupakan salah satu  dari sekian banyak tanaman obat tradisional yang ada di Indonesia. Tumbuhan ini menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, disamping minyak atsiri.Ikan (1969) menggolongkan flavonoid menjadi 11 kelas seperti ditunjukkan Gambar 1. Semua kelas ini mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.
Sedangkan pada hewan hanya dijumpai pada kelenjar bau berang-berang, "sekresi lebah"(propolis) dan dalam sayap kupu-kupu (Harborne,1987). Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak, antara lain sebagai reduktor. Beberapa flavonoid dalam makanan mempunyai efek antihipertensi. Isoflavan tertentu merangsang pembentukan estrogen pada mamalia (Robinson, 1995). Isoflavon juga dapat berfungsi sebagai antifungal dan insektisidal (Geissman,1962)
Bagaiman isoloasi dan identifikasi strukruktur senyawa flavonoid dalam rimpang temu ireng,serta senyawa flavonoid apa saja yang diidentifikasi pada rimpang temu ireng?

4 komentar:

  1. Isolasi flavonoid
    Rimpang temu ireng sebanyak 1 g dimasukkan
    dalam erlenmeyer dan ditambah etanol 25 mL,
    kemudian dipanaskan sampai mendidih dan
    dilanjutkan dengan penyaringan. Filtrat yang
    diperoleh diuapkan, sampai volume pelarut tinggal
    setengahnya. Adanya flavonoid diuji dengan
    Shinoda Tes.
    Tahap selanjutnya adalah mengangin-anginkan
    rimpang temu ireng pada suhu kamar sampai
    kering. Rimpang kering dihaluskan, kemudian
    dimasukkan ke dalam alat ekstraktor Soxhlet.
    Ekstraksi dilakukan secara berturutan menggunakan
    pelarut petroleum eter, kloroform, n-butanol dan
    metanol masing-masing selama 8 jam.
    Hasil ekstraksi berupa ekstrak petroleum eter,
    kloroform, n-butanol dan metanol masing-masing
    dilakukan uji warna untuk flavonoid. Ekstrak yang
    positif mengandung flavonoid kernudian ditentukan
    eluen yang sesuai untuk langkah selanjutnya yaitu
    kromatografi kolom.
    Penentuan eluen pada ekstrak petroleum eter
    (PE) dilakukan dengan menggunakan eluen PEkloroform
    pada berbagai perbandingan volume.
    Untuk ekstrak kloroform, eluen yang digunakan
    adalah kloroform-etil asetat pada berbagai
    perbandingan volume. Sedangkan pada ekstrak nbutanol
    digunakan eluen etil asetat-metanol pada
    berbagai perbandingan volume. Ekstrak metanol
    tidak dicari eluen yang sesuai.
    Persiapan pertama kromatografi kolom adalah
    memanaskan silika gel pada suhu 1600C selama 3
    jam kemudian didinginkan. Setelah dingin, silika
    dibuat bubur dan dimasukkan dalam kolom, lalu
    dibiarkan semalam.
    Ekstrak pekat dilarutkan dalam eluen yang
    kurang polar dan dimasukkan kolom menggunakan
    pipet. Sampel dibiarkan turun sampai permukaannya
    hampir “terbuka”, kemudian ditambah eluen
    pelan-pelan sampai mendapat eluen yang tidak
    berwarna pada permukaan penyerap. Langkah
    selanjutnya ditambah eluen, dengan laju elusi 20
    tetes/menit. Setiap 2 mL eluat, ditampung dalam
    botol sampel.
    Untuk pembagian fraksi, masing-masing botol
    dianalisis secara fisika menggunakan sinar UV-VIS
    pada " = 254 nm dan " = 366 nm dan TLC, serta
    secara kimia menggunakan uji warna. Fraksi
    tunggal yang mempunyai harga Rf sama dan uji
    fisika serta kimia sama dikumpulkan, dan
    pelarutnya diuapkan. Selanjutnya dilakukan
    identifikasi struktur untuk menggunakan
    spektrofotometer UV-VIS, IR dan GC-MS.
    Hasil uji senyawa flavonoid pada temu ireng:
    Flavonoid adalah turunan senyawa fenolat,
    sehingga untuk identifikasi awal dapat digunakan
    pereaksi FeC13. Pereaksi FeCl3, bereaksi dengan ion
    fenolat. membentuk ion kompleks [Fe(Oar)6]3-. Test
    fenolat memberikan hasil positif jika setelah
    beberapa saat terbentuk warna hijau, merah, ungu,
    biru atau hitam kuat (Harborne, 1987). Pereaksi lain
    untuk identifikasi fenol adalah larutan vanilin-HCl.
    Test positif memberikan warna merah jambu biru,
    merah bata atau merah beberapa saat setelah
    penambahan pereaksi (Harborne et al., 1975).
    Analisis dengan uji warna menunjukkan bahwa
    f7 bukan flavonoid, karena tidak bereaksi positif
    terhadap pereaksi FeCl3. Pereaksi ini spesifik untuk
    senyawa yang merupakan turunan dari fenol, dan
    flavonoid yang merupakan turunan dari fenol
    seharusnya memberikan uji positif. Fraksi f7
    memberi test positif terhadap pereaksi vanilin-HCl,
    yang berarti bahwa f7 merupakan senyawa fenol
    sederhana atau turunannya. Adapun kedelapan
    fraksi yang lain memberikan hasil positif turunan
    fenol.
    Harborne et al. (1975) menyatakan bahwa
    pelarut PE bersifat kurang polar, sehingga hanya
    dapat melarutkan flavonoid yang bersifat kurang
    polar. Dilain pihak hasil uji ammonia terhadap
    kedelapan fraksi yang diduga flavonoid bereaksi
    negatif. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
    bahwa jenis flavonoid yang bersifat kurang polar
    yang mungkin terdapat pada kedelapan fraksi
    adalah leucoantosianidin (flavan-3,4-diol), flavanon,
    isoflavon atau katekin (Geissman, 1962)

    BalasHapus
  2. Identifikasi struktur flavonoid
    Identifikasi struktur flavonoid yang terkandung
    dalam ekstrak PE dilakukan dengan alat
    spektrofotometer UV-Vis, IR dan GC-MS. Analisis
    dengan spektrofotometer UV-VIS berguna dalam
    menentukan golongan senyawa flavanoid. Analisis
    penting lainnya adalah menggunakan
    spektrofotometer IR untuk menentukan gugus
    fungsional dalam suatu senyawa, dilanjutkan
    analisis spektra GC-MS untuk menentukan struktur
    senyawa tersebut. Hasil analisis dengan
    spektrofotometer UV dan IR menunjukkan bahwa
    hanya f2, f4 dan f9 yang merupakan isoflavon.
    Karena diduga bahwa senyawa aktif dalam rimpang
    temu ireng adalah isoflavon, maka identifikasi
    struktur lebih lanjut hanya dilakukan pada fraksi f2,
    f4 dan f9.
    Untuk lebih jelasnya silahkan buka alamat berikut
    http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/197404192000032001bio_farmasi_7.pdfdisini dapat kita lihat beberapa senyawa identifikasi stuktur dari flavonoid..

    BalasHapus
  3. dari jurnal yang saya baca tentang penelitian senyawa flavonoid yg terdapat dalam rimpang temu ireng didapatkan,
    Ekstrak petroleum eter, kloroform dan n-butanol
    rimpang temu ireng mengandung flavonoid,
    sedangkan ekstrak metanol tidak mengandung
    flavonoid. Flavonoid dalam ekstrak petroleum eter
    dapat dipisahkan dengan cara kromatografi kolom
    menggunakan eluen petroleum eter-kloroform = 1:
    9 (vlv), penyerap silika gel merk kiese1ge160 43-60
    mm (230-400 mesh) dan kecepatan eluen 20
    tetes/menit. Ekstrak petroleum eter mengandung
    senyawa flavonoid golongan isoflavon

    BalasHapus